Lagi-lagi aku harus ada perpisahan disetiap pertemuan, baru aja dapetin sahabat yang bisa mengerti aku, aku harus pergi meninggalkan mereka lagi. Ya, karena paph ku udah mulai meniti lagi-taukan artinya-aku beserta mamah dan adik-adikku kembali di boyong ke kota Yogyakarta. Ya, aku meneruskan sekolahku, sekolah tari. Sekolah yang entah bagaimana macamnya, tapi waktu papah bilang di telfon, aku sangat ingin bersekolah disana. Tapi itu tandanya aku harus meninggalkan teman dan cinta ku-lagi-. Tapi ya apa boleh buat, ini adalah hidupku, aku yang berhak menentukannya.
*****
Minggu pagi ini aku melewati gereja ku, bukan untuk ibadah, tapi pergi ke Yogya, ya, hari ini aku pergi, ada rasa yang begitu memilukan ketika aku melewati gereja itu. Biasanya aku beribadah disana, tapi kali ini aku melewatinya. Tak apalah, mungkin memang harus begini, kalau engga mungkin aku gak mau pergi karena gak rela ninggalin D*****. Mobil melaju, meninggalkan Bandung dan semua kenangan tentangnya. Kini Yogya menanti dengan berjuta kejutan untukku, yang masih menunggu ku dengan tenang.
Sampai juga akhirnya kami di Yogya, setelah menaruh semua barang-barang di rumah kecil kami, kami segera menuju calon sekolahku. Betapa bahagia nya aku bisa ke melihat sekolah ku nanti. Tapi begitu sampai sana, betapa kecewanya aku, ternyata nomer ujian ku tidak ada disana, dan itu berarti aku harus mengubur keinginan ku untuk bersekolah disana. Maka dengan terpaksa papah ku memasukan ku di SMA ******, satu komlpek sekolahan bersama adikku. Karena itu bukanlah sekolah yang aku inginkan, maka aku pun merasa tersiksa sekolah disana, aku gak betah, dan bahkan ingin menangis, tapi untunglah, setelah papah ku kembali ke **** dan menayakan apakah masih ada kesempatan untukku untuk dapat bersekolah disana, dan jawabannya ADA!!! Dengan perasaan campur aduk, aku dan papah ku kesana, aku di audisi, karena aku tak pernah menari tradisional, akhirnya tarian yang ku peroleh selama di Solo dan Bandunglah yang ku tarikan, aku juga di suruh menirukan sebuah gerakan dari seorang senior disana (mungkin). Setelah itu aku diwawancara, berulang kali bapak itu menanyakan apakah aku benar-benar ingin bersekolah disana, dan dengan mantab aku berkata ya.
Dan disinilah aku sekarang, berdiri ikut upacara bendera, banyak mata memandangku aneh, ya mungkin karena aku baru disini, dan gak ikut MOS pula hehehe. Dan ketika upacara selesai, akupun di seret ke ruang guru, untuk menentukan dikelas mana aku akan di tempatkan. Ketika seorang guru menyebutkan kelas XT1, entah kenapa aku sangat ingin berada disana, bahkan aku tak tahu akan ada kejutan yang akan aku dapat dari salah seorang siswi di kelas itu. Dan ternyata Tuhan mendengar permintaanku. Aku ditempatkan di XT1. Dan dengan segera aku dibimbing dimana kelas itu berada sekarang. Betapa asing aku dengan suasana sekolah ini, ternyata lebih banyak praktek daripada teori. Dan kebetulan hari itu sudah mulai pelajaran. Dan jadilah aku gak bawa baju praktek sendiri. Aku cuma bisa duduk melihat teman-temanku mengolah tubuh mereka, di pelajaran yang dinamakan olah tubuh ini. Kemudian kami pelajaran teori, setelah itu praktek lagi, kali ini tari putri, dan aku dengan terpaksa juga ikut, karena meki menggunakan rok, namanya juga tari putri ya gerakannya feminim.
Lama-lama aku mulai terbiasa dengan suasana di sana, aku juga punya seorang teman akrab, I*** namanya. Awalnya pertemanan kami baik-baik aja, sampe selesai liburan lebaran, tiba-tiba dia ngejauh, katanya sih karena yang aku omongin cowok aja-kaya dia engga-so dia gak betah gitu. Ya udah lah aku ngalah, akhirnya aku mencoba berbaur dengan yang lain, dan dapatlah teman-teman baru, A*****, N****, D****, C****, dan M*******. Ya berkat A***** pula aku mengenal k-pop dan jatuh cinta dengan Jonghyun SHINee <3 <3 <3. Kemana-mana kami selalu bersama, kita tinggal bertiga, aku, M*******, dan A*****. Sedangkan N**** bersama D**** dan C****, meski kadang kita juga sering jalan bersama. Kadang kalau istirahat mau pramuka mereka mampir ke rumah ku, buat makan bareng. Tapi hampir tiap saat sih mereka ke rumah ku, dan dengan keadaan ku yang empot-empotan gini, mamah ku masih aja ngada-ngadain uang buat ngasih makan mereka, kadang juga mereka sampe sore main di rumah, kadang A****, anak kelas lain juga ikutan, ya karena ku pikir mereka benar-benar welcome sama aku, ya aku seneng banget, ternyata gak seburuk yang aku kira
Ya, aku senang sekolah disini, apalagi aku sering diajakin pentas, lumayanlah kalau ada sangunya, bisa buat mamah, ya biasanya kalau aku ada job aku akan memberikan semua penghasilan ku itu ke mamah, karena itu sudah menjadi kebiasaan ku mulai dari Solo. Nah waktu itu ada lomba dance disekolah. Aku, A*****, M*******, D****, dan A** mengikuti lomba itu, kami bela-belain jalan kaki dari rumah ke malioboro yang jaraknya lumyana demi mencari kostum yang ujung-ujungnya gak dapet apa-apa. Capeknya iya dapet kostumnya kaga, tapi itu tidak menciutkan nyali kami untuk mengikuti lomba tersebut. Sampe hari H tiba, kami pun dengan pasti menari, meski kami ciut dengan kostum kami yang hanya kaos dan jeans serta bungkus *sebut merek* yang memang disuruh memakai itu untuk propertinya. Sedangkan kelompok-kelompok lain kostumnya begitu woowww!!! Tapi ya namanya juga rejeki, akhirnya kami menang juara satu. Puji Tuhan. Selesai lomba sekolah bubar, kami pun pulang-ke rumahku-untuk melepas lelah dan membagi hadiah yang tadi didapat dari lomba. Setelah itu kami memutuskan untuk makan bersama, dan pulang ke rumah masing-masing.
Tapi lagi-lagi pertemanan ku dengan A***** dan M******* kandas begitu saja. Sama kaya kasusnya I****, gak jelas kenapa aku ditinggal begitu aja. Sampai suatu hari aku, disidang di kopsis (koperasi siswa) yang kebetulan waktu itu aku menjabat sebagai OSIS Koperasi, dan aku pula yang memegang kuncinya. Disana ada N****, M*******, A*****, dan D****. Meraka bilang aku terlalu egois, dan terlalu memaksakan kehendak, selain itu kalau aku beli makanan, yang aku ajak cuma A*****, yang lainnya enggak. Aku cuma diam dan memainkan HP yang ada ditanganku, karena aku gak mau nangis gara-gara masalah ini. Ya mungkin emang aku yang salah, aku emang selalu ngajak A***** nemenin aku beli makanan atau gorengan bila mereka mampir ke rumah, itu pun karena ada alasannya, karena cuma A***** yang bisa dimintain tolong, karena cuma A***** yang mau aku ajak. Sedangkan yang lain, mereka sama sekali gak mau beranjak dari duduk mereka kalau aku ajak beli sesuatu, padahal yang aku beli itu juga untuk mereka. Dan sejak kejadian itu mereka mulai menjauh dariku, mulai mendiamkan aku jika aku ngajak mereka ngomong, karena aku gak mau cuma jadi 'kacang' maka akupun menjauh dari mereka, rupanya N**** tahu kalau ada masalah diantara aku dan mereka. Aku pun bercerita padanya. Saat itu dia agak gak percaya sama omongan ku, dan begitu dia melihat sendiri kejadiannya, ketika aku mendekati dengan mereka, mereka yang tadinya asik ngobrol langsung diem, dan bubar begitu saja.
Selama aku tidak bersama-sama mereka lagi, aku mencari-cari teman yang cocok untukku. Kemudian aku bertemu A**, kostnya ternyata dekat denganku, maka hampir setiap hari kami bberangkat bersama. Aku juga sering main ke kostnya, sekedar untuk curhat. Akhirnya kami menjadi dekat. Tapi ternyata dia bukan orang yang aku cari, buktinya aku sama dia bertengakar. Kali ini aku yang marah sama dia karena dia memutar balikkan fakta. Haduh rupanya belum ada orang yang cocok dengan ku.. Aku jadi merindukan temna-temanku disana, Dwi, Claudya, JEssica, Selly, Ade, Rico, Kevin, Derry gimana kabar mereka? I Miis You Guys
Sampai juga akhirnya kami di Yogya, setelah menaruh semua barang-barang di rumah kecil kami, kami segera menuju calon sekolahku. Betapa bahagia nya aku bisa ke melihat sekolah ku nanti. Tapi begitu sampai sana, betapa kecewanya aku, ternyata nomer ujian ku tidak ada disana, dan itu berarti aku harus mengubur keinginan ku untuk bersekolah disana. Maka dengan terpaksa papah ku memasukan ku di SMA ******, satu komlpek sekolahan bersama adikku. Karena itu bukanlah sekolah yang aku inginkan, maka aku pun merasa tersiksa sekolah disana, aku gak betah, dan bahkan ingin menangis, tapi untunglah, setelah papah ku kembali ke **** dan menayakan apakah masih ada kesempatan untukku untuk dapat bersekolah disana, dan jawabannya ADA!!! Dengan perasaan campur aduk, aku dan papah ku kesana, aku di audisi, karena aku tak pernah menari tradisional, akhirnya tarian yang ku peroleh selama di Solo dan Bandunglah yang ku tarikan, aku juga di suruh menirukan sebuah gerakan dari seorang senior disana (mungkin). Setelah itu aku diwawancara, berulang kali bapak itu menanyakan apakah aku benar-benar ingin bersekolah disana, dan dengan mantab aku berkata ya.
Dan disinilah aku sekarang, berdiri ikut upacara bendera, banyak mata memandangku aneh, ya mungkin karena aku baru disini, dan gak ikut MOS pula hehehe. Dan ketika upacara selesai, akupun di seret ke ruang guru, untuk menentukan dikelas mana aku akan di tempatkan. Ketika seorang guru menyebutkan kelas XT1, entah kenapa aku sangat ingin berada disana, bahkan aku tak tahu akan ada kejutan yang akan aku dapat dari salah seorang siswi di kelas itu. Dan ternyata Tuhan mendengar permintaanku. Aku ditempatkan di XT1. Dan dengan segera aku dibimbing dimana kelas itu berada sekarang. Betapa asing aku dengan suasana sekolah ini, ternyata lebih banyak praktek daripada teori. Dan kebetulan hari itu sudah mulai pelajaran. Dan jadilah aku gak bawa baju praktek sendiri. Aku cuma bisa duduk melihat teman-temanku mengolah tubuh mereka, di pelajaran yang dinamakan olah tubuh ini. Kemudian kami pelajaran teori, setelah itu praktek lagi, kali ini tari putri, dan aku dengan terpaksa juga ikut, karena meki menggunakan rok, namanya juga tari putri ya gerakannya feminim.
Lama-lama aku mulai terbiasa dengan suasana di sana, aku juga punya seorang teman akrab, I*** namanya. Awalnya pertemanan kami baik-baik aja, sampe selesai liburan lebaran, tiba-tiba dia ngejauh, katanya sih karena yang aku omongin cowok aja-kaya dia engga-so dia gak betah gitu. Ya udah lah aku ngalah, akhirnya aku mencoba berbaur dengan yang lain, dan dapatlah teman-teman baru, A*****, N****, D****, C****, dan M*******. Ya berkat A***** pula aku mengenal k-pop dan jatuh cinta dengan Jonghyun SHINee <3 <3 <3. Kemana-mana kami selalu bersama, kita tinggal bertiga, aku, M*******, dan A*****. Sedangkan N**** bersama D**** dan C****, meski kadang kita juga sering jalan bersama. Kadang kalau istirahat mau pramuka mereka mampir ke rumah ku, buat makan bareng. Tapi hampir tiap saat sih mereka ke rumah ku, dan dengan keadaan ku yang empot-empotan gini, mamah ku masih aja ngada-ngadain uang buat ngasih makan mereka, kadang juga mereka sampe sore main di rumah, kadang A****, anak kelas lain juga ikutan, ya karena ku pikir mereka benar-benar welcome sama aku, ya aku seneng banget, ternyata gak seburuk yang aku kira
Ya, aku senang sekolah disini, apalagi aku sering diajakin pentas, lumayanlah kalau ada sangunya, bisa buat mamah, ya biasanya kalau aku ada job aku akan memberikan semua penghasilan ku itu ke mamah, karena itu sudah menjadi kebiasaan ku mulai dari Solo. Nah waktu itu ada lomba dance disekolah. Aku, A*****, M*******, D****, dan A** mengikuti lomba itu, kami bela-belain jalan kaki dari rumah ke malioboro yang jaraknya lumyana demi mencari kostum yang ujung-ujungnya gak dapet apa-apa. Capeknya iya dapet kostumnya kaga, tapi itu tidak menciutkan nyali kami untuk mengikuti lomba tersebut. Sampe hari H tiba, kami pun dengan pasti menari, meski kami ciut dengan kostum kami yang hanya kaos dan jeans serta bungkus *sebut merek* yang memang disuruh memakai itu untuk propertinya. Sedangkan kelompok-kelompok lain kostumnya begitu woowww!!! Tapi ya namanya juga rejeki, akhirnya kami menang juara satu. Puji Tuhan. Selesai lomba sekolah bubar, kami pun pulang-ke rumahku-untuk melepas lelah dan membagi hadiah yang tadi didapat dari lomba. Setelah itu kami memutuskan untuk makan bersama, dan pulang ke rumah masing-masing.
Tapi lagi-lagi pertemanan ku dengan A***** dan M******* kandas begitu saja. Sama kaya kasusnya I****, gak jelas kenapa aku ditinggal begitu aja. Sampai suatu hari aku, disidang di kopsis (koperasi siswa) yang kebetulan waktu itu aku menjabat sebagai OSIS Koperasi, dan aku pula yang memegang kuncinya. Disana ada N****, M*******, A*****, dan D****. Meraka bilang aku terlalu egois, dan terlalu memaksakan kehendak, selain itu kalau aku beli makanan, yang aku ajak cuma A*****, yang lainnya enggak. Aku cuma diam dan memainkan HP yang ada ditanganku, karena aku gak mau nangis gara-gara masalah ini. Ya mungkin emang aku yang salah, aku emang selalu ngajak A***** nemenin aku beli makanan atau gorengan bila mereka mampir ke rumah, itu pun karena ada alasannya, karena cuma A***** yang bisa dimintain tolong, karena cuma A***** yang mau aku ajak. Sedangkan yang lain, mereka sama sekali gak mau beranjak dari duduk mereka kalau aku ajak beli sesuatu, padahal yang aku beli itu juga untuk mereka. Dan sejak kejadian itu mereka mulai menjauh dariku, mulai mendiamkan aku jika aku ngajak mereka ngomong, karena aku gak mau cuma jadi 'kacang' maka akupun menjauh dari mereka, rupanya N**** tahu kalau ada masalah diantara aku dan mereka. Aku pun bercerita padanya. Saat itu dia agak gak percaya sama omongan ku, dan begitu dia melihat sendiri kejadiannya, ketika aku mendekati dengan mereka, mereka yang tadinya asik ngobrol langsung diem, dan bubar begitu saja.
Selama aku tidak bersama-sama mereka lagi, aku mencari-cari teman yang cocok untukku. Kemudian aku bertemu A**, kostnya ternyata dekat denganku, maka hampir setiap hari kami bberangkat bersama. Aku juga sering main ke kostnya, sekedar untuk curhat. Akhirnya kami menjadi dekat. Tapi ternyata dia bukan orang yang aku cari, buktinya aku sama dia bertengakar. Kali ini aku yang marah sama dia karena dia memutar balikkan fakta. Haduh rupanya belum ada orang yang cocok dengan ku.. Aku jadi merindukan temna-temanku disana, Dwi, Claudya, JEssica, Selly, Ade, Rico, Kevin, Derry gimana kabar mereka? I Miis You Guys
Tidak ada komentar:
Posting Komentar